Orang Sukses adalah Pemimpi
Berjalannya waktu mencatat adanya bukti bahwa kemajuan peradaban terdorong oleh adanya seseorang yang berani bermimpi dan memiliki cita-cita, yang mungkin pada masanya hanya nampak sebagai sebuah khayalan yang tervisualisasikan dalam angan belaka. Akan tetapi, dengan hasrat yang begitu fantantis untuk mewujudkannya telah membuat khayalan tersebut masuk ke dalam dimensi impian dan cita-cita yang siap untuk diwujudkan.
Bagaimana dan ke mana kita haru mencari mimpi kita? Itulah pertanyaan yang begitu lama mengendap dalam pikiran kita. Cobalah kita bayangkan diri kita di masa depan lengkap dengan visualisasi mengenai jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan, seperti: Apa yang bisa membuat kita bahagia? Apa yang ingin kita dapatkan di masa depan? Kita ingin menjadi apa? Ke mana saja kita ingin pergi? Apa saja yang ingin kita miliki?
Beberapa dari impian kita mungkin terjawab dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Garansikanlah bahwa apa yang kita kehendaki di masa mendatang akan mendatangkan sebuah gairah untuk mencapainya. Kembangkanlah gairah tersebut agar dapat memotivasi kita untuk mencapainya, walaupun beribu rintangan kita menunggu kita. Sadarkah kita semua bahwa Allah memberikan karunia kemampuan yang paling indah kepada manusia untuk menciptakan impian, yang tidak diberikan-Nya kepada makhluk lain. Seandainya kita tidak berani menciptakan sebuah impian, bukankah kita berarti secara sadar maupun tidak telah menyia-nyiakan karunia-Nya yang begitu istimewa ini.
Ketidakberanian untuk bermimpi hanya akan mengundang tawa dari naluri keberanian kita sendiri. Janganlah kita sampai menyia-nyiakan karunia Allah yang begitu luar biasa ini. Apabila seekor cicak memiliki karunia seperti ini, mungkin dia akan bermimpi untuk dapat terbang seperti burung agar dapat menangkap makanannya dengan mudah. Kita adalah manusia dan bukan seekor cicak. Oleh karena itu, patutlah kita bersyukur dengan keberanian kita untuk bermimpi.
Apakah kita berani untuk mengubah sejarah hidup kita ke arah yang lebih terang? Bentrokan antara impian dan ketakutan akan kegagalan pasti akan terjadi dalam tubuh kita. Sejarah menulis jelas atas kesuksesan orang-orang yang berani bermimpi. Rasa takut akan kegagalan hanya kerikil kecil dalam usaha kita menggapai impian. Beranilah membuat impian dan cita-cita, walaupun impian itu dianggap mustahil orang sebagian orang, atau bahkan dianggap sebagai orang yang tidak waras atas impian tersebut. Belum cukup kah Thomas Alfa Edison dengan bola lampu pijarnya, Wright dengan pesawatnya, dan juga Bill Gates dengan Microsoftnya memberikan bukti kepada kita bahwa impian yang mustahil sekalipun akan dapat terwujud. Jadilah pemenang dalam hidup kita, bukan sebagai pecundang (we are the winner, not looser).
Hal yang dapat membuat kita enggan untuk bermimpi adalahketika kita merasa takut kecewa dan merasa “minder” karena kita memiliki keterbatasan dibandingkan orang lain. Kita akan merasa dihantui oleh bayangan hitam besar yang sebenarnya merupakan buah pikiran kita sendiri. Bayangan hitam besar tersebut dapat berupa kecemasan, takut gagal, kebodohan, kemiskinan, lingkungan yang buruk, kemalasan, dan situasi buruk lainnya yang seolah olah membayangi impian kita sendiri. Yakinkan pada hati kita bahwa tiu hanya bayangan dan tidak akan mungkin mengalahkan kita.
Pepatah kuno menyatakan bahwa apa yang kita pikirkan dan yakini akan menjadi sebuah kenyataan. Rancanglah sebuah impian yang begitu menarik dan dapat merangsang semangat kita untuk menggapainya. Tanamkan juga dalam pikiran kita bahwa kalau kita mau, pasti kita bisa. Berusahalah juga untuk membuat Allah sayang pada kita. Rasa sayang dari Sang Maha Kuasa akan membuat seluruh alam semesta memudahkan usaha kita dalam menggapai impian.
Kita dapat mengawali semua ini dengan membaca artikel-artikel motivasi atau kisah sukses tokoh yang kita kagumi. Hal ini akan menimbulkan stimulus alam bawah sadar kita dalam meyakini apa yang kita miliki dan yang bisa kita raih nanti. Film-film bagus yang dapat memberi motivasi dan inspirasi juga dapat menumbuhkan semangat kita dalam menggapai impian.
Setelah kita berhasil mendapatkan keberanian dalam bermimpi, kini saatnya untuk memperjelas impian kita. Semakin jelas impian, akan semakin mudah untuk dicapai. Luangkan waktu kita untuk memperjelas impian kita atau memvisualisasikan impian kita dengan cara yang kita pilih sendiri.
Dengan memperjelas impian, kita kan menemukan beberapa kesalahan, ketidaksempurnaan, kekurangan, atau bahkan kejanggalan dalam impian kita sehingga kita dapat melakukan penyesuaian dan penyempurnaan terhadap impian tersebut. Kita juga dapat melengkapi beberapa kekurangan yang mungkin ditemukan dalam impian kita, sehingga akan dapat terasa lebih spesifik dan realistis.
Visualisasi impian merupakan salah satu cara ampuh dalam mewujudkan impian tersebut. Dengan memvisualisasikan impian kita dalam pikiran kita akan semakin memperjelas impian tersebut dan menimbulkan motivasi berlebih. Bayangkan juga kita telah berada dalam impian tersebut agar lebihh memompa semangat kita.
Sebuah pepatah mengatakan bahwa gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Seseorang memang harus memiliki impian atau cita-cita terlebih dahulu untuk mendapatkan kehidupan yang sukses seperti yang diidamkan. Impian tersebut merupakan arah yang akan ditempuh dalam perjalanan hidup kita. Tanpa impian hidup kita hanya akan menjadi tanpa arah dan hanya berputar-putar tanpa tujuan. Impian akan membantu mewujudkan kehidupan yang efektif dan efisien tanpa menghamburkan setiap waktu yang akan kita lalui.
Farid Miftahus Surur (Farid el Lueccue)
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
(Alumnus SMA NU Al Maruf Kudus th 2009)
Semburat Sinar dalam Kegelapan Hidup
Beragam peristiwa silih berganti menerpa kehidupan kita. Positif dan negatif akan selalu menjadi dua kutub berlawanan dalam memaknai peristiwa yang kita lalui. Namun, sebenarnya semua peristiwa tersebut adalah netral. Dunia bahkan tidak peduli dengan takdir kita. Lebih tragisnya dunia tidak akan iba atas kejahatan yang menimpa kita, atau bahkan kematian. Semua peristiwa ini pastinya hanya terjadi pada kita sendiri, bukan orang lain. Oleh karena itu, kita sendirilah yang menerjemahkan peristiwa tersebut dalam sebuah perspektif yang negatif ataupun positif. Ketakutan besar yang menyelubungi keberanian kita akan cenderung menerjemahkan hambatan sementara yang menghadang jalan kita sebagai suatu yang lebih besar, yakni keterpurukan.
Hampir sama sekali tidak ada manusia yang tidak melalui sebuah peristiwa yang sulit dan mendesak dalam kehidupannya. Mungkin kita diburu oleh waktu dalam suatu pekerjaan, atau seseorang yang kita tunggu layaknya dewa penolong tidak datang, atau mungkin saat dimana kita berada di tempat asing dan seketika itu juga harus menjaga diri sendiri. Dalam situasi seperti ini perlu adanya respon positif untuk membimbing kita agar bergerak cepat. Kita harus menyelesaikan pekerjaan dan masalah dengan cepat, atau kita akan menanggung sendiri akibatnya. Dalam situasi seperti ini, mendadak pikiran kita lebih fokus. Kita akan menemukan semilir angin pembawa semangat yang kita butuhkan. Hal-hal kecil yang biasanya terabaikan kini mulai kita perhatikan, karena mungkin menunjukkan perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan, kehidupan dan kematian. Kita akan terperanjat kagum melihat betapa kreatifnya diri kita. Dalam saat seperti ini, kekuatan pikiran kita yang sebelumnya tak pernah kita bayangkan mulai terlihat nyata. Sejak saat itu, kita akan mulai berandai-andai bahwa jika saja semangat dan sikap seperti itu akan kita miliki dalam kehidupan sehari-hari.
Hal yang tidak pernah kita sadari adalah kita secara tidak berhati-hati memperburuk situasi dengan membesar-besarkan bahaya. Lawan kita hanya akan bertambah kuat ketika kita hanya terduduk lesu dengan berpangku tangan. Citra negatif akan selalu terkait dengan kita. Sikap yang konservatif akan menjadi kebiasaan yang mengarahkan pandangan kita untuk lebih menyukai saat yang tidak menyulitkan. Kita akan menjadi tidak terbiasa untuk bersikap menyerang. Secara tidak langsung kita dalam posisi untuk memilih menganggap kesulitan yang terjadi dalam hidup sebagai sebuah penderitaan, dengan selalu berusaha untuk sabar dan bertahan dalam menghadapinya. Padahal, ini seharusnya tidak kita lakukan.
Berusahalah untuk mengambil langkah sebaliknya. Alih-alih menjadi kecil hati dan berduka dalam sebuah penderitaan, kita harus merubahnya ke dalam perspektif yang positif dan membangun. Hal tersebut tak ubahnya hanyalah merupakan sebuah peringatan, sebuah tantangan yang akan kita ubah menjadi sebuah kesempatan untuk menjadi kekuatan yang bahkan belum pernah terbayang oleh kita. Semangat kita akan melejit naik. Kita secara responsif akan bergerak untuk menyerang balik dan memberi kejutan lawan-lawan kita akan keberanian yang tidak kita miliki sebelumnya. Kita bahkan akan mengesampingkan pandangan orang lain terhadap kita. Kita seolah akan terlahir kembali menjadi sosok baru dengan nafas keberanian yang akan mengundang decak kagum orang lain. Perlahan atau bahkan cepat sekali citra negatif yang awalnya melingkupi diri kita akan berubah menjadi rona positif yang dikagumi. Kita tidak akan lagi menunggu sampai keadaan membaik. Peluang ini hanya akan muncul satu kali sebagai pijakan untuk membuktikan diri. Menggunakan kacamata positif dalam menerjemahkan sebuah kejadian buruk sebagai berkah tersembunyi merupakan langkah tepat untuk memajukan kita. Ini sama dengan perubahan perspektif pemikiran, yaitu merubah kejadian buruk menjadi kesempatan emas.
Mayoritas penduduk dunia menunggu terlalu lama untuk bertindak, biasanya karena takut. Menunggu sampai memiliki kekuatan atau keadaan membaik kerap menjadi pilihan saat kita terpuruk. Kita harus melakukan hal yang berlawanan dan bertindak sebelum kita sendiri merasa siap. Ini seakan-akan sedikit mempersulit diri sendiri dan sengaja untuk menghambat jalan kita sendiri. Akan tetapi, inilah wujud dari hukum kekuatan bahwa energi kita akan terus naik sampai ke tingkat yang tepat. Tatkala kita berada dalam suatu keadaan yang menuntut kita untuk bekerja keras untuk meraih cita-cita tanpa kesiapan, maka kita tentu akan lebih waspada dan kreatif. Usaha ini harus berhasil dan memang akan berhasil. Ingatlah, seperti yang dikatakan oleh Napoleon, moral tiga kali jauh lebih penting dari fisik. Pernyataan ini mengandung makna bahwa tingkat motivasi dan energi yang kita tunjukkan tiga kali lebih penting ketimbang keadaan fisik kita. Dengan semangat dan moral yang tinggi, penduduk dunia dapat mengatasi hampir semua hambatan dan menciptakan kesempatan dengan mudah.
Tatkala kita mengalami situasi terburuk pun pastinya akan terkandung di dalamnya sesuatu yang positif, yaitu sebuah kesempatan. Bagaimana kita memandang kesempatan tersebutlah yang penting. Kekurangan yang kita miliki bisa sangat bermanfaat dan kita syukuri, karena mendorong kita lebih kreatif dengan kekurangan yang kita miliki tersebut. Kegagalan dapat membuat kita beranggapan pada diri sendiri bahwa kita adalah orang yang lemah dan membutuhkan simpati orang lain. Jangan pernah kita biarkan rasa takut membuat kita hanya terduduk lesu sembari menunggu keadaan membaik atau membuat kita jadi kuno. Jika keadaan tidak dapat kita kendalikan, maka manfaatkanlah keadaan tersebut. Inilah faktor utama yang dibutuhkan untuk mengubah keadaan buruk menjadi sebuah kesempatan dan kekuatan yang luar biasa yang bahkan tidak terduga sebelumnya.
Farid Miftahus Surur (Farid el Lueccue)
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
(Alumnus SMA NU Al Maruf Kudus th 2009)
Referensi : “The 50th Law” , dan “Jangan Berputus Asa”
Lakukanlah Sendiri jika Anda Ingin Sukses....!!
Setiap manusia pasti mendambakan menjadi orang yang sukses, karena setiap orang tentu ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik. Namun, setiap kali menyebut kata sukses, ada kesan seakan-akan sukses itu merupakan suatu yang sangat mewah, mahal, berada di tempat yang jauh, dan karena itu hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menjangkangkaunya. Tidak setiap orang bisa meraihnya.
Mengapa demikian? Karena sukses menurut kebanyakan orang adalah sebuah pencapaian yang bersifat materi, seperti punya uang banyak, tinggal di rumah mewah, mengendarai mobil mewah, mengenakan pakaian dan perhiasan mahal, meraih jabatan dan kekuasaan tinggi, punya pangkat, menjadi orang terkenal dan semacamnya. Oleh karena itu, bahkan banyak orang yang takut hanya untuk bermimpi menjadi orang yang sukses.
Padahal, jika kita memahami apa sebenarnya makna dan esensi sukses itu, maka setiap orang berhak dan punya kesempatan yang sama untuk menggapainya. Seperti yang diungkapkan oleh Anthony Robbins, “ Sukses adalah proses perjuangan untuk menjadi lebih”. Ini adalah kesempatan untuk secara terus-menerus tumbuh secara spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan makmur.
Jadi, makna sukses yang sebenarnya mengisyaratkan tentang sebuah pencapaian yang lebih, yang meliputi banyak hal. Tidak semata-mata lebih dalam hal materi, tetapi juga pencapaian yang lebih dalam dalam spiritual, emosional, sosial, dan intelektual. Seperti juga yang dikatakan oleh Walter Staples, bahwa “Sukses adalah proses terus-menerus untuk menjadi lebih baik, mampu mengembangkan semua aspek potensi yang ada pada diir kita.”
Jika demikian, maka setiap orang bisa menjadi orang sukses. Oleh karena itu, putuskanlah sekarang juga untuk menjadi orang sukses. Bukan orang lain yang memutuskan, kita akan menjadi orang sukses atau gagal, tetapi diri kita sendirilah yang memutuskan hal itu. Kita lah yang bertanggung jawab atas kesuksesan atau kegagalan kita, dan bukan orang lain. Putuskanlah untuk menjadi orang sukses dan bertanggung jawablah.
Berikut penuturan Faiez H. Seyal di dalam Road to Succes, “ Orang sukses tidak akan menyalahkan dunia atas kehidupan mereka. Mereka sangat memahami bahwa hanya satu orang yang dapat mengubah hisup mereka, dan itu adalah dirinya sendiri. Mereka bertanggung jawab penuh atas dirinya sendiri.”
Apakah Anda ingin menjadi orang yang mahir membaca Al Quran, tetapi Anda tidak ingin melakukannya sendiri, lalu meminta orang lain untuk membacakannya untuk Anda? Tentu tidak bisa. Anda ingin mahir membaca Al Quran , dan memperoleh pahala dari bacaan Al Quran? Bacalah sendiri Al Quran itu. Apakah amda ingin menjadi orang terbaik dalam shalat, dan meraih pahala besar dalam shalat, tetapi Anda tidak mau melaksanakan shalat, lalu Anda meminta orang lain shalat untuk Anda? Tidak bisa. Anda sendirilah yang harus melaksanakan shalat itu.
Demikian juga, apakah Anda ingin mencapai puncak dalam karier, tetapi Anda tidak mau bekeja keras, melakukan berbagai upaya agar meraih puncak karier tersebut, lalu Anda meminta orang lain bekerja keras, dan Anda yang kelak diposisikan dalam puncak karier tersebut? Tentu tidak bisa. Jika Anda ingin meraih puncak karier tersebut, bekerja keraslah, lakukanlah sendiri berbagai upaya untuk meraihnya.
Anda inginn menguasai ilmu pengetahuan yang luas. Akan tetapi, tidak mau belajar, tidak mau membaca, tidak mau berpikir, dan Anda meminta orang lain melakukan semua itu. Tidak, tetapi Andalah yang harus melakukannya sendiri. Ingin memiliki pengetahuan yang luas, ingin pAndai, belajarlah sendiri, membacalah, berpikirlah. Seperti yang diajarkan Al Quran, “Setiap orang akan mendapat apa yang diusahakannya.”
Karena itu, putuskanlah sekarang juga untuk menjadi orang sukses. Mulailah dengan pikiran. Tanamlah benih-benih sukses dalam pikiran Anda. Jangan menanam benih gagal dalam pikiran itu. Sebab pikiran itu laksana lahan subur yang dapat menumbuhkan apapun yang kita tanam padanya. Tanamlah dalam pikiran kita bahwa kita mampu, kita punya potensi besar, dan kita bisa.
Mulailah sekarang juga mengambil langkah awal untuk melakukan sesuatu menuju sasaran sukses itu. Segeralah bertindak. Jangan ditunda-tunda lagi. Inilah salah satu godaan terbesar yang bisa mengganggu, yaitu menunda-nunda sesuatu yang ingin kita lakukan, padahal ia merupakan awal menuju sebuah keberhasilan besar. Lakukanlah sendiri jika Anda ingin sukses!
Farid Miftahus Surur
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
(Alumnus SMA NU Al Ma’ruf Kudus th 2009)
Sumber: My Life, My Wonderful Dream
Misi Pendidikan Islam
dalam Menumbuhkan SDM yang Mumpuni
Fenomena pendidikan Islam kini mulai menjamur dalam kehidupan. Berbagai jenis lembaga pendidikan mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi Islami kini mudah didapati di berbagai kota. Zaman yang semakin kelam ini tentu menuntut kejernihan pola pikir dan perbuatan dari generasinya. Dengan kekhasannya lembaga-lembaga pendidikan Islami menghadirkan menu untuk menumbuhkan SDM yang mumpuni dalam ilmu pengetahuan serta dapat mengamalkan ajaran agama yang benar. SDM yang seperti ini yang dibutukan oleh pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu, dituntut profesionalisme dari para pengelola lembaga-lembaga pendidikan Islam supaya dapat merealisasikan tujuan mulia tersebut.
Pendidikan Islam jelas mempunyai peranan penting dalam peningkatan kualitas SDM. Sesuai dengan cirinya sebagai pendidikan agama, secara ideal pendidikan Islam berfungsi dalam penyiapan SDM yang berkualitas tinggi, baik dalam penguasaan terhadapa ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam hal karakter, sikap moral, dan penghayatan dan pengamalan ajaran agama. Secara singkat dijelaskan bahwa pendidikan Islam secara ideal berfungsi membina dan menyiapkan anak didik yang berilmu, berteknologi, berketrampilan tinggi, dan sekaligus beriman serta beramal sholeh.
Dalam kerangka perwujudan fungsi idealnya untuk peningkatan kualitas SDM tersebut, sistem pendidikan Islam haruslah senantiasa mengorientasikan diri kepada menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul dalam masyarakat kita sebagai konsekuensi logis dari perubahan. Pembangunan yang berlangsung begitu cepat dalam beberapa dasawarsa terakhir telah menghantarkan Indonesia ke dalam barisan negara-negara industri baru. Meski Indonesia telah mencapai kemajuan seperti itu, pembangunan tentu saja masih jauh dari selesai. Bahkan sebaliknya, Indonesia harus lebih meningkatkan momentum pembangunannya. Untuk itu, tidak ada alternatif lain, kecuali penyiapan SDM yang berkualitas tinggi, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta keahlian dan ketrampilan. Hanya dengan tersedianya SDM yang berkualitas tinggi itu, Indonesia bisa bertahan di tengan percaturan ekonomi dan politik internasional yang kian kompetitif.
Sekarang ini pendidikan Islam kian mantap sebagai sub-sistem pendidikan nasional karena sejak lama telah jelas diatur kedudukannya dalam Undang-Undang. Pendidikan Islam, baik pada sekolah-sekolah dan perguruan tinggi umum, maupun pada sekolah keagamaan (madrasah) dan perguruan tinggi agama Islam, telah semakin kokoh sebagai bagian integral dari pendidikan nasional. Pada pihak lain, ini merupakan tantangan yang memerlukan respon positif dari para pemikir dan pengelola pendidikan Islam itu sendiri. Hanya dengan respon yang tepat, pendidikan Islam dapat diharapkan lebih fungsional dalam mempersiapkan anak didik dalam menjawab tantangan perkembangan Indonesia yang terus semakin kompleks.
Kompleksitas tantangan itu dapat dilihat dari kenyataan bahwa berbarengan dengan semakin tingginya tuntutan atas penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kian disadari pula perlunya pemantapan penghayatan dan pegamalan ajaran agama. Gejala ini terlihat jelas dalam masyarakat kita. Pada satu segi, kita melihat dan merasakan terjadinya akselerasi pembangunan yang menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, tetapi pada saat yang sama kita mulai menyadari bahwa ahgama semakin diperlukan untuk menyantuni mesyarakat yang menghadapi kegoncangan budaya. Dalam konteks ini, kita melihat intensifikasi penghayatan dan pengamalan ajaran agama sangat diperlukan untuk menyeimbangkan kehidupan berbangsa.
Perkembangan ini tentu saja sangat sehat dan positif. Singkat kata, berbeda dengan pengalaman proses modernisasi banyak negara Barat, di mana terjadi proses sekularisasi dan penyingkiran agama dalam kehidupan publik, sebaliknya di Indonesia pembangunan justru menghasilkan gairah atau antusiasme baru dan peningkatan kesetiaan kepada agama. Di Indonesia kita melihat begitu jelas kaitan antara penigkatan kondisi ekonomi masyarakat dengan intensifikasi penghayatan dan pengamalan ajaran agama. Dengan kian baiknya keadaan ekonomi masyarakat, semakin banyak pula dibangun rumah-rumah ibadah, atau semakin banyak pula warga kita yang mampu menunaikan ibadah haji yang menuntut biaya besar itu.
Dengan mempertimbangkan semua perkembangan itu, kurikulum pendidikan Islan jelas selain harus berorientasi kepada pembinaan dan pengembangan nilai-nilai agama dalam diri anak didik, seperti selama ini dilakukan, kini harus memberikan penekanan khusus pada penguasaan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain, setiap materi yang diberikan harus memenuhi dua tantangan pokok tadi: pertama, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; kedua, penanaman pemahaman dan pengamalan ajaran agama. Hanya dengan cara ini, pendidikan Islam bisa fungsional dalam menyiapkan dan membina SDM seutuhnya, yang menguasai Iptek dan berkeimanan dan mengamalkan ajaran agama. Hanya dengan cara ini pula, kita secara sistematis dan programatis dapat melakukan pengentasan kemiskinan secara bertahap.
Tetapi dengan jujur harus kita akui, pendidikan Islam hingga saat ini kelihatan sering terlambat merumuskan diri untuk meresponi perubahan dan kecenderungan perubahan masyarakat kita sekarang dan masa datang. Sistem pendidikan Islam kebanyakannya masih lebih cenderung mengorientasikan diri pada bidang –bidang humaniora dan ilmu-ilmu sosial ketimbang ilmu-ilmu eksakta semacam fisika, kimia, biologi, dan matematika moderen. Padahal keempat ilmu ini belum mendapat apresiasi dan tempat yang sepatutnya dalam sistem pendidikan Islam.
Karena itu, sudah saatnya bagi kita untuk lebih serius menangani pembaharuan dan pengembangan sistem pendidikan Islam. Selama ini usaha pembaharuan dan pengembangan Islam sering bersifat sepotong-sepotong atau tidak komprehensif dan menyeluruh. Sebab usaha pembaharuan atau peningkatan itu dilakukan sekenanya atau seingatnya, maka tidak terjadi perubahan esensial dalam sistem pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam tetap lebih cenderung berorientasi ke masa silam ketimbang berorientasi ke masa depan, atau kurang bersifat future-oriented.
Selain itu, kalau kita mau jujur, sebagian besar sistem pendidikan Islam belum lagi dikelola secara profesional. Kebanyakan diantaranya menuntut keihlasan dari para pengelolanya. Akan tetapi , tanpa harus mengorbankan semangat keihlasan dan jiwa pengabdian, sudah waktunya sistem dan lembaga pendidikan Islam dikelola secara profesional, bukan hanya dalam sistem penggajian, pemberian honor, tunjangan atau pengelolaan administrasi dan keuangan. Profesionalisme mutlak pula diwujudkan dalam perencanaan, penyiapan tenaga pengajar, kurikulum dan pelaksanaan pendidikan Islam itu sendiri.
Akibat pengeloalan yang pada umumnya tidak profesional itu, pendidikan Islam harus kita akui sering kalah bersaingdalam banyak segi dengan sub-sistem pendidikan nasional yang diselenggarakan kelompok-kelompok masyarakat lain. Bukan rahasia, bahwa citra dan gengsi lembaga pendidikan Islam sering dipandang lebih rendah dibandingkan dengan sistem pendidikan yang diselenggarakan pihak lain. Dalam kaitan ini kita tidak bisa menyalahkan orang tua Muslim yang menyerahkan anak-anak mereka ke lembaga-lembaga pendidikan lain tersebut, selama, semua pihak yang terlibat dalam pendidikan Islam tidak berihtiar secara sungguh-sungguh, sistematis, komprehensif, dan programatis membenahi dan mengembangkan sistem pendidikan Islam itu sendiri.
Jika hal ini tidak segera dibenahi, maka agak sulit bagi kita untuk mengharapkan sistem dan lembaga pendidikan Islam bisa benar-benar fungsional dalam ihtiar penyiapan SDM yang berkualitas tinggi dan kompetitif untuk menjawab tantangan zaman. Seharusnya dilakukan banyak perubahan dan pengembangan dalam sistem dan lembaga pendidikan Islam agar dapat berfungsi lebih fungsional sebagai alat penumbuh generasi yang handal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengamalan ajaran agama yang didasari atas pemahaman yang mendalam.
Farid Miftahus Surur
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
(Alumnus SMA NU Al Ma’ruf Kudus th 2009)
Sumber: Pendidikan Islam
Menilik Kebijakan Pembatasan Subsidi BBM
Harga minyak di pasar internasional yang cenderung naik pada tahun 2011 ditambah dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang cenderung melemah mengakibatkan harga minyak di dalam negeri diprediksi akan terus naik. Apabila tidak didukung dengan subsidi bahan bakar minyak (BBM), maka rakyat dengan penghasilan rendah akan merasa dampak yang lebih berat. Tetapi, pengalokasian dana rakyat untuk subsidi BBM yang cenderung terlampau besar pun dirasa akan menjadi kurang efektif. Apalagi,berdasarkan studi yang banyak dilakukan kalangan akademis sebelumnya, terbukti bahwa justru rakyat berpenghasilan rendah kurang mendapatkan manfaat subsidi BBM ini. Untuk itu, demi tercapainya distribusi pendapatan dan peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerintah harus mengambil kebijakan fiskal yang lebih cermat dan tepat sasaran. Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah kebijakan pembatasan subsidi BBM untuk kendaraan dengan kriteria tertentu—yang masih diperdebatkan oleh sebagian golongan masyarakat. Setelah dilakukan studi sederhana ,dengan tak lupa ditelaah dampak dan hambatan sosial ekonomi yang mungkin terjadi, ternyata kebijakan ini lebih menguntungkan bagi berbagai pihak daripada alternatif kebijakan menaikkan harga BBM.
Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), berdasarkan Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (NK APBN) 2011, merupakan subsidi yang diberikan dengan maksud untuk mengendalikan harga jual BBM.Subsidi ini merupakan hak masyarakat sebagai pemenuhan salah satu kebutuhan dasar masyarakat di dalam negeri, sehingga dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Akan tetapi, studi dari berbagai kalangan akademis menunjukkan bahwa subsidi BBM ini kurang tepat sasaran. Maksudnya, justru masyarakat berpenghasilan rendah kurang merasakan manfaatnya karena mereka mengonsumsi BBM dalam jumlah yang jauh lebih sedikit daripada konsumsi BBM oleh masyarakat berpenghasilan tinggi.
Pada akhir tahun 2010 pemerintah memunculkan wacana untuk menerapkan kebijakan pembatasan subsidi BBM untuk memberi keadilan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Selain itu, untuk menekan konsumsi BBM agar anggaran subsidi di APBN berkurang. Jika berhasil, maka pemerintah dapat mengalokasikan dana penghematan dari kebijakan ini untuk pengeluaran di bidang lain yang lebih produktif, seperti pada bidang kesehatan dan pendidikan.
Pada saat ini BBM bersubsidi hanya diberikan pada beberapa jenis BBM tertentu, yaitu minyak tanah (kerosene) untuk rumah tangga, minyak solar (gas oil), premium di SPBU kecuali untuk industri, dan Liquid Petroleum Gas (LPG), serta Bahan Bakar Nabati (BBN).Besaran subsidi BBM secara keseluruhan tersebut dari tahun ke tahun tentu tidaklah sama. Hal ini tergantung dengan harga BBM di pasaran dalam negeri yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan berbagai faktor eksternal. Faktor yang paling berpengaruh adalah harga minyak mentah di pasar dunia, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Sementara itu, perkembangan harga minyak mentah (crude oil) di pasar dunia, termasuk harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam rentang waktu yang sama cenderung mengalami fluktuasi. Dalam tahun 2010, realisasi ICP diperkirakan mencapai USD 80 per barel. Jumlah ini berarti mengalami kenaikan sebesar USD26,6 perbarel (49,8 persen) dibandingkan dengan realisasi ICP dalam tahun 2005 sebesar USD53,4 per barel.
Realisasi anggaran subsidi BBM dalam kurun tahun 2005–2010 secara nominal turun sebesar Rp6,7 triliun, atau rata-rata 1,4 persen per tahun. Pada tahun 2005, subsidi BBM mencapai Rp95,6 triliun (3,5 persen terhadap PDB) dan turun hingga Rp88,9 triliun (1,4 persen terhadap PDB) pada tahun 2010.
Penurunan realisasi anggaran belanja subsidi dalam kurun waktu tersebut, antara lain berkaitan dengan parameter volume konsumsi BBM bersubsidi. Total kuota subsidi BBM dalam APBN 2010 adalah sejumlah 36,5 juta kiloliter, turun sekitar 300 ribu kiloliter terhadap kuota subsidi di tahun 2009 yang sebesar 36,85 juta kiloliter. Akan tetapi, realisasi pada tahun 2009 melewati batas kuota, yaitu sejumlah 37,84 juta kiloliter. Kemudian, pada tahun 2011, diperkirakan volume konsumsi BBM bersubsidi akan meningkat lagi menjadi 38,5 juta kiloliter, atau bahkan dapat mencapai 40 juta kiloliter.
Kebijakan subsidi BBM yang telah diterapkan oleh pemerintah sejak beberapa tahun lalu dirasakan kurang tepat sasaran. Hal itu karena volume penggunaan BBM lebih banyak dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Hasil survey BPS tahun 2002 hanya sekitar 18% BBM subsidi dinikmati oleh masyarakat miskin dan hampir miskin.
Dari berbagai alternatif kebijakan yang mungkin ditempuh pemerintah , kebijakan pembatasan subsidi BBM merupakan kebijakan yang paling marak dibicarakan oleh masyarakat dalam kurun waktu belakangan ini. Kebijakan ini menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat maupun kalangan politisi.
Pada tahun 2011, harga minyak di pasar internasional diprediksi akan terus meningkat hingga US$ 100 per barel atau bahkan lebih. Menanggapi masalah tersebut, pemerintah dihadapkan pada dua opsi. Opsi yang pertama pemerintah menaikkan harga BBM dan yang kedua dengan membatasi subsidi BBM.
Rencana pelaksanaan kebijakan pembatasan BBM semula akan dimulai pada akhir Maret 2011 dan terbatas pada wilayah Jabodetabek untuk sementara waktu. Akan tetapi, pada akhirnya pemerintah menunda penerapan kebijakan tersebut. Jika kebijakan ini berhasil dilaksanakan, maka subsidi BBM hanya berlaku untuk kendaraan tertentu. Berdasarkan uraian pada pendahuluan di atas, dengan pengaturan BBM bersubsidi, diperkirakan pemerintah masih harus memberikan subsidi BBM sebesar Rp 95,9 triliun, lebih besar daripada subsidi BBM tahun 2010 yang hanya Rp 88,9 triliun.
kebijakan ini dapat mendatangkan beberapa dampak positif. Pemerintah dapat menghemat kurang lebih Rp 3,8 triliun pada anggaran subsidi BBM. Subsidi BBM tepat sasaran. Mengurangi daya beli masyarakat menengah keatas. Dengan berkurangnya daya beli masyarakat maka permintaan agregat akan berkurang, sehingga angka inflasi dapat ditekan. Target pertumbuhan ekonomi lebih mudah tercapai.
Tidak hanya mendatangkan dampak positif, tetapi kebijakan ini juga dapat mendatangkan dampak negatif. Kerugian UKM yang menggunakan kendaraan pelat hitam sebagai modal usahanya karena akan lebih mahal. Kebangkrutan pengusaha SPBU mitra PT pertamina jika kalah bersaing dengan harga dan kualitas dari SPBU asing. Timbulnya pasar gelap BBM bersubsidi. Selain itu, angkutan umum memiliki kecenderungan untuk bekerjasama dengan petugas SPBU dan konsumen tertentu apabila tidak ada kontrol yang baik dari pemerintah.
Pemerintah dapat melakukan beberapa tindakan-tindakan pendukung untuk mencegah dampak negatif yang mungkin timbul dari penerapan kebijkan ini. Untuk mengatasi dampak-dampak negatif kebijakan ini pemerintah sudah memikirkan beberapa solusi. Pemerintah akan mempermudah konversi pelat hitam kendaraan milik UKM menjadi pelat kuning sehingga mereka tetap dapat menggunakan BBM bersubsidi. Menerapkan harga yang bersaing untuk SPBU pertamina yang letaknya berdekatan dengan SPBU asing. Pemerintah akan menguji coba penggunaan Radio Frequency Identification (RFID) juga stiker khusus, dan smart card. Pemerintah akan memberikan kuota untuk masing-masing kendaraan dan memberikan alat pendeteksi untuk mendeteksi kuota. Pemerintah juga akan melakkukan pengawasan yang lebih ketat dengan bekerja sama dengan kepolisian, kementrian perhubungan, dan pemerintah daerah.
Satu alternatif lain sebagai respon atas kenaikkan harga minyak dunia, yaitu menaikkan harga BBM secara bertahap seperti yang sudah dilakukan pemerintah sebelum-sebelumnya. Jika pemerintah memilih untuk menaikkan BBM, efeknya akan sangat terasa oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Kemudian akan timbul efek domino yang mengatrol harga-harga lain karena mau tidak mau menaikkan biaya produksi bagi UKM. Akibatnya, angka inflasi di Indonesia akan meningkat.
Naiknya harga BBM ini berarti pemerintah membebankan kenaikkan harga minyak dunia kepada konsumen BBM dalam negeri. Bagi masyarakat kalangan atas, kenaikkan BBM ini mungkin tidak begitu berarti, namun bagi kalangan menengah ke bawah kenaikkan ini sangatlah berarti. Hal ini tentunya tidak adil walaupun dilakukan secara bertahap karena tidak diiringi dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Sehingga pendapatan riil masyarakat menjadi berkurang.
Kebijakan pembatasan subsidi ini dilakukan pemerintah dengan berbagai pertimbangan dari sekian alternatif yang ada karena lebih banyak dampak positif yang bisa dirasakan masyarakat, khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah. Dengan diberlakukannya kebijakan pembatasan subsidi ini maka akan lebih meratanya distribusi subsidi BBM kepada masyarakat.
Farid Miftahus Surur
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
(Alumnus SMA NU Al Ma’ruf Kudus th 2009)
Data diperoleh dari Kementrian Keuangan
http://www.anggaran.depkeu.go.id
Matilah Kamu Sebelum Kamu Mati
Pertanyaan yang menarik bagi kita untuk dijawab sekarang adalah dapatkah manusia membebaskan dirinya dari salah dan dosa. Seandainya dapat, bagaimana caranya? Seandainya tidak dapat, mengapa demikian? Apakah kemampuan untuk membebaskan diri dari dosa itu hanya terbatas pada orang-orang tertentu saja, ataukah kemampuan ini diberikan pada semua makhluk yang disebut sebagai manusia?
Sebelum menjawab beberapa pertanyaan tersebut, dalam sebuah ayat dalam Al Quran yang artinya sebagai berikut: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”(QS. Al Ahzab :33)
Bagi sebagian kalangan ayat tersebut merupakan daliltentang kesucian Rasulullah Saw dan ahli bait. Secara umum yang dapat diterima oleh semua umat islam secara keseluruhan adalah Rasulullah itu bersifat ma’shum. Ma’shum berarti terbebas dari dosa dan kesalahan. Jadi, disepakati bersama bahwa Rasulullah Saw adalah manusia yang terbebas dari dosa dan kesalahan. Allah menjadikan beliau demikian agar risalah yang dibawa oleh beliau terbebas dari kesalahan dan noda.
Apakah terbebasnya seseorang dari kesalahan dan dosa semata-mata merupakan berkah dari Allah yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, seperti Rasulullah? Apakah berkah seperti itu tidak Dia berikan kepada setiap umat manusia?
Sekiranya kita menerima bahwa berkah dan rahmat seperti itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu saja yang dipilih oleh-Nya, maka akan timbul persepsi bahwa Allah itu pilih kasih. Dia mengutamakan kelompok tertentu dan mengabaikan kelompok manusia yang lain. Maka untukmenghindari persepsi demikian, kita harus meyakini bahwa Allah mustahil bersifat pilih kasih.
Mengenai keyakinan tersebut, kenanglah sejarah hidup Rasulullah Saw. Ikhtiar beliau sebagai hamba pilihan, kendati berpadu dengan takdir yang tidak bisa terelakkan, telah mengantarkannya sebagai seorang utusan Allah. Dalam hal ini, jelas sekali kita dapati adanya dimensi kemanusiaan dan dimensi ketuhanan. Dalam pengertian sederhana, jalan untuk menjadi manusia pilihan yang dibebaskan dari dosa dan kesalahan mensyaratkan adanya usaha, kehendak, ikhtiar, dan perjuangan untuk mencapai derajat pembebasan tersebut. Dengan langkah demikian, Rasulullah Saw mencapai titik di mana berkah dan rahmat Allah berlimpah-ruah. Selanjutnya, berkah dan rahmat tersebut mewujud dalam bentuk penyucian dan pembebasan beliau dari dosa dan kesalahan.
Setiap orang memiliki potensi untuk terbebas dari dosa dan kesalaha. Namun, gerak internal kejiwaan manusia memili kemampuan yang terbatas dan tidak sama dengan apa yang dimiliki oleh Rasulullah Saw. Namun, ruh atau jiwa setiap manusia itu berasal dari Allah. Ruh manusia pada dasarnya adalah suci. Tidak pernah sedetikpun Allah ingin membeda-bedakan ruh setiap hamba-Nya.
Ada sebuah kalimat singkat yang merupakan hadits Nabi Saw, tetapi memiliki makna yang sangat mendalam, yaitu “Mutu qabla anta mutu”. Artinya, “Matilah kamu sebelum kamu mati”.
Ada dua kata “mati” dalam kalimat suci beliau. Maka, apakah arti dari ucapan suci beliau tersebut? Ada dua jenis kematian, yakni kematian alami (al mawt ath thabi’i) dan kematian keinginan (al mawt al iradiy). Kematian yang sering kita dengar adalah kematian alami. Kita selalu mengartikan bahwa mati adalah tatkala ruh dan tubuh bercerai. Selama ini, kita juga hanya mengenal bahwa kematian adalah akhir dari hidup kita di dunia.
Banyak di antara kita yang tidak menyadari fenomena kematian keinginan. Padahal, kematian inilah yang harus kita tempuh untuk membebaskan diri kita dari dosa dan kesalahan. Para sufi mengingatkan kita supaya kita terlebih dahulu mengalami kematian keinginan sebelum kita mengalami kematian alami. Dalam hal ini Allah Swt berfirman bahwa “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: ‘Ya Tuhanku perlihatkan kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati’. Allah berfirman ‘Belum yakinkah kamu?’ Ibahim menjawab: ‘Aku telah meyakinkannnya, tetapi agar hatiku tetap mantapdengan imanku.’ Allah berfirman: ‘ kalau demikian ambillah empat ekor burung lalu cincanglah semuanya olehmu. Kemudian letakkan di tiap-tiap satu bukit bagian-bagian itu, kemudian panggilah mereka, niscaya mereka akan datang kepadamu denngan segera.’Dan ketauhilah bahwa Allah Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana.”(QS Al Baqarah: 260)
Ketika menafsirkan ayat tersebut, Rummi menjelasakn bahwa kita kita hanya akan hidup kembali apabila kita membunuh (yang berarti kematian) empat ekor unggas yang mencerminkan diri kita atau sifat egois kita. Keempat ekor unggas itu adalah bebek yang mencerminkan kerakusan, ayam jantan yang melambangkan nafsu, merak yang melambangkan kesombongan, dan gagak yang melukiskan keinginan.
Hawa nafsu berarti keinginan. Menundukkan hawa nafsu berarti kematian bagi hawa nafsu tersebut. Kematian hawa nafsu berarti kita telah terbebas dari dosa dan kesalahan. Dengan demikian, kesucian diri akan tercapai. Kematian hawa nafsu inilah yang dimaksud al mawt al iradiy.
Oleh karena itu, sebelum meninggal dunia, seyogyanya kita meninggalkan berbagai nafsu keinginan terlebih dahulu, karenahal itulah yang menjadi sumber dari dosa dan salah. Hanya dengan kematian keinginanlah manusiaakan hidup dalam kesucian diri, sehingga ketika sampai di titik di mana ajal menjemput kesucian kita akan tetap terjaga dalam diri kita. Kondisi seperti inilah yang layak diseru dan dipanggil oleh Allah Swt, sebagaimana firman-Nya “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridlai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku”.(QS Al Fajr: 27-30)
Memang tidak mudah untuk mencapai tataran seperti demikian. Namun, tidak ada yang tidak mungkin bagi setiap manusia untuk mencapai tataran seperti itu. Oleh karena itu, usaha yang tak kenal lelah harus kita lakukan untuk mencapainya, untuk masuk ke dalam surga Allah yang disediakan bagi orang-orang beriman dan bertaqwa yang mampu manahan hawa nafsunya.
Farid Miftahus Surur
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
(Alumnus SMA NU Al Ma’ruf Kudus th 2009)
Sumber: Mengapa Terkadang Saya Bisa Alim dan Terkadang Bisa Dzalim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar